Kamis, 12 April 2012

Temanggung Kota ku


“UMBUL JUMPRIT”
Pada sebuah kawasan yang agak mendatar, di antara rerimbunan pohon, terlihat bangunan menyerupai candi. Langgam arsitekturnya mirip dengan bangunan peninggalan Majapahit di Mojokerto (Jawa Timur). Bangunan yang telah berumur ratusan tahun itu menjadi gerbang dari sebuah tempat yang dikeramatkan. Tetapi ia bukanlah gerbang utama yang sudah dilalui sebelum tiba di bangunan mirip candi tersebut. Di balik bangunan itulah terdapat Umbul Jumprit. Air dari umbul ini juga dimanfaatkan penduduk sekitar untuk keperluan sehari-hari, termasuk mengairi sawah dan kebun. Keberadaan umbul di antara belantara hutan juga menghadirkan panorama alam yang sungguh indah. Benar-benar menghibur hati ketika berada di antaranya.Mata air ini ridak pernah kering, meski saat kemarau panjang. Airnya sangat dingin (walau pada siang hari) serta sangat jernih, karena berasal dari sumber di pegunungan. Air inilah yang juga “mengisi” sungai Progo.
Banyak peziarah yang bermeditasi dan mandi kungkum di sini. Puncak keramaian perziarah biasanya terjadi pada dua hari keramat “Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon”. Apalagi jika waktu sudah meninggalkan pukul 24.00. Seusai kungkum, mereka membuang pakaian dalam sebagai symbol membuang sial, sekaligus berharap rezeki baruba kaldatang. Malam 1 Suro juga sangat ramai, didukung atraksi wisata di SendangSidukun, yaitu tradisi Suran Traji dengan aneka ritual menebar Jimat Pengantin Lurah Traji. Upacara ini sudah dilakukan ratusan tahun lalu, yaitu berupa kirab lurah. JUmprit juga menjadi tempat yang disucikan umat Budha di Indonesia. Setiap berlangsung upacara Trisuci Waisak di Candi Borobudur, air keberkahan selalu diambil dari umbul tersebut. Biasanya pengambilan air suci dilakukan tiga hari sebelum prayaan waisak. Berbagai tradisi yang masih  lestari ini bisa dijadikan salah satu modal pendukung wisata Jumprit. Air Jumprit dipercaya sebagian orang bisa membuat awet muda, enteng rezeki, dekat jodoh dan sarana membuanag sial. Di dekat mata air terdapat maka Ki Jumprit, sosok ahli di Kerajaan Majapahit, yang selalu ramai dikunjungi peziarah untuk keperluan meditasi dan mandi kungkum.


“SEJARAH DAN LEGENDA”
Dulu keberadaan Umbul Jumprit hanya diketahui oleh kalangan tertentu saja. Tetapi sejak awal 1980-an, jumlah pengunjung terus meningkat, terutama mereka yang ingin berziarah ke makam Ki Jumprit dan mandi kungkum di Umbul Jumprit. Pada tanggal 18 Januari 1987, Pemerintah Kabupaten Temanggung menentapkan Jumprit sebagai Kawasan Wanawisata. Setahun kemudian, Kawasan itu diresmikan Gubernur Jawa Tengah (saat itu HM Ismail).
Namun Jumprit sudah disebutkan dalam serat Centini, terutama dikaitkan dengan legenda Ki Jumprit yang merupakan ahli nujum di Kerajaan Majapahit. Ki Jumprit bukan hanya dikenal sakti mandraguna, tetapi juga salah seorang putra Prabu Brawijaya, Raja Majapahit.
 Dia meninggalkan kerajaan, agar bisa mengamalkan ilmu dan kesaktiannya kepada masyarakat luas. Perjalanan panjangnya berakhir di Desa Tegalrejo, Kecamatan Ngadirejo Kabupaten Temanggung. Beberapa tokoh masyarakat meyakini, Ki Jumprit adalah leluhur dari masyarakat Temanggung yang tersebar di lereng Gunung Sindoro dan Sumbing. Namun hal ini masih memerlukan kajian mendalam, terutama dari aspek kesejarahan.Yang pasti ada beberapa lokasi yang diyakini sebagai petilasan KI Jumprit. Makamnya pun berada tak jauh dari Umbul Jumprit. Dua lokasi inilah yang kerap dikunjungi peziarah, terutama komunitas tertentu yang terbiasa melakukan tirakat.
Sebagai ahli nujum, Ki Jumprit pernah meramal suatu saat nanti Temanggung akan menjadi daerah makmur. Sebagian ramalannya terbukti benar. Petani di lereng Sumbing dan Sindoro relative hidup berkecukupan melalui tanaman tembakau. Komoditas ini mulai popular sejak awal tahun 1970-an. Tingkat pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat di Temanggung pun termasuk kelompok di Jawa Tengah, terutama jika dibandingkan dengan Kabupan Meskipun komoditas tembakau tidak lagi secemerlang dulu, kesejahteraan masyarakat Temanggung masih di atas rata-rata masyarakat Jawa Tengah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar